Google
 

Jumat, 21 Maret 2008

Kintamani Di Bali



Tempat Wisata Menarik Di Bali - Kintamani

Kintamani, yang terletak di kabupaten Bangli, merupakan salah satu tempat wisata favorit pilihan wisatawan baik domestik maupun luar negeri.

Umumnya di hampir semua travel agent atau tour operator di Bali, Kintamani masuk dalam itinerary (rute perjalanan wisata) setelah mengunjungi Batu Bulan (Tari Barong), kawasan wisata Ubud atau Sukawati sebagai pusat perbelanjaan.

Kintamani menawarkan suasana perbukitan yang segar dengan suhu udara sekitar 18 derajat celcius, mirip seperti udara di Bedugul. Daya tarik utama dari kawasan Kintamani adalah pemandangan Gunung dan Danau Batur. Gunung Batur merupakan gunung yang masih berstatus aktif dan tertinggi kedua setelah gunung Agung di Besakih. Suasana terbaik adalah ketika menikmati hidangan santap siang sambil menikmati keindahan danau dan gunung ini yang menyemburkan asap bersahabat.

Tertarik untuk lebih mengenal Kintamani? Sempatkan juga diri anda untuk mengunjungi desa Trunyan yang terletak di dekat danau. Tapi anda mesti menyebrang dengan perahu untuk sampai di sana dengan perjalanan kurang lebih 20 menit. Yang menarik dan unik yaitu cara pemakaman penduduk lokal yang tentunya berbeda dari kelaziman di Bali. Mayat disandarkan di pohon tanpa dikuburkan. Tapi yang unik mayat tidak mengeluarkan bau karena ternetralkan oleh bau harum kayu yang dinamakan Menyan.

Unik bukan? Kalau tertarik, kenapa tidak memasukkan alternative tempat wisata Kintamani dalam liburan anda? Selamat berlibur di Bali.



Pantai Sanur Di Bali



Sejarah

Pantai Sanur terletak di Desa Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan Kotamadya Dati II Denpasar. Pantai ini terletak di sebelah Timur dan Selatan desa Sanur, yang merupakan tepi Samudra Indonesia sebelah Selatan Pulau Bali. Tempat itu terkenal sejak dahulu kala, terutama ketika terjadi perang Puputan Badung pada tanggal 20 September 1906 dimana Belanda mendaratkan tentaranya di sana. Dalam sejarah Bali Kuno pantai Sanur juga terkenal, dan masdih ada tugu batu tertulis yang merupakan Prasasti Raja Kasari Warmadewa yang berkeraton di Singhadwala tahun 917, dimana sekarang terdapat di Blanjong Bagian Selatan Pantai Sanur.

Di kalangan Pariwisata, pantai Sanur pertama kali diperkenalkan oleh pelukis Belgia bernama A.J.Le Mayeur bersama istrinya Ni Polok yang menetap di sana sejak tahun 1937 dan mengadakan pameran lukisan karyanya sendiri. Daya tarik pantai Sanur sebelah Utaranya melingkar seperti setengah lingkaran dan bagian Selatannya berbelok dari Timur ke Barat, dimana gelombang air lautnya tak begitu besar dan bila airnya surut terlihatlah batu karang yang membentang berwarna-warni. Pada hari mendekati bulan mati air lautnya naik dan gelombangnya agak besar. Di sebelah Tenggara terlihatlah gugusan pulau Nusa Penida di seberang laut dan di sebelah Timur kelihatan panorama pantai Selatan Pulau Bali dengan gunungnya.

Pemandangan pantai Sanur juga terlihat indah pada sore hari, karena keadaan air laut biasanya surut dan gelombangnya merupakan riak kecil. Gugusan pulau Serangan dan bukit batu karang yang menjorok ke laut di seberang laut terlihat dari Pantai Sanur sebelah Selatan. Panorama pantai Sanur sebelah Selatan lebih indah dilihat pada pagi hari. Tempat meninjau yang strategis adalah bagian Timur, di Semawang dan Mertasari. Keadaan udara di sana terasa segar dan bertiup angin laut yang nyaman. Suasana di sepanjang pantai Sanur terang dan teduh karena penuh dengan pohon besar. Pantai Sanur baik untuk menikmati matahari terbit (Sun Rise)dan berjemur di sepanjang pantai yang berpasir putih.

Lokasi

Pantai Sanur jaraknya 6 Km dari pusat kota Denpasar, dapat dicapai dengan mobil, sepeda motor atau kendaraan umum yang menghubungkan pantai Sanur dengan Kota Denoasar. Kendaraan umum sangat ramai mondar-mandir antara Sanur-Denpasar, sehingga tidak ada kesulitan masalah angkutan. Pantai Sanur sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan Mancanegara oleh wisatawan Mancanegara maupun Nusantara.

Hari Minggu dan hari libur, tempat itu menjadi pilihan penduduk kota Denpasar untuk rekreasi sambil mandi di laut. Pada hari bulan Purnama malamnya banyak orang datang santai dan mandi ke sana, sambil melihat keindahan pantai di malam hari. Selain pantainya Museum Le Mayeur juga banyak menari minat wisatawan.

Fasilitas

Fasilitas yang terdapat di sana antara lain adanya Hotel bertaraf Internasional seperti Hotel Grand Bali Beach, Hotel Hyatt, Hotel Sanur Beach, Hotel Sindu Beach dan banyak lagi sepanjang Timur dan Tenggara pantai Sanur. Kios barang kesenian dan Art Shop juga banyak di sana. Akomodasi dan Restourant untuk wisatawan cukup banyak tersedia yang senantiasa siap melayani kepentingan para wisatawan.

Kamis, 20 Maret 2008

TNK dan Sangkimah, Tempat Pohon Ulin Terbesar



TNK dan Sangkimah, Tempat Pohon Ulin Terbesar

Apa yang terbayang bila anda mendengar nama Kalimantan? Yang ada di benak, adalah hutan dan Dayak. Meski makin lama makin menurun populasinya tetapi kedua hal tersebut masih ada. Mumpung masih bisa menikmati, bila anda di Kalimantan Timur nikmatilah hutan di Taman Nasional Kutai (TNK).

Pohon ulin (eusideroxylon zwageri) adalah salah satu pohon yang terkenal dari hutan Kaltim dengan ciri kayunya keras dan kuat, warna gelap, dan tahan terhadap air laut. Banyak bangunan rumah di daerah Kalimantan Timur menggunakan kayu ulin. Begitu juga dengan rumah atau jalan di pinggiran Sungai Mahakam, Di sekitar Pulau Kumala Tenggarong, di perkampungan pinggir laut desa Bontang Kuala, Bontang hampir semua konstruksinya menggunakan kayu ulin. Kayu ulin memang terkenal kuat terlebih bila kena air.

Tetapi, pernahkah anda melihat pohon ulin yang masih hidup? Di TNK banyak terdapat pohon ulin. Pohonnya berkayu kuat, berdaun hijau kecil-kecil dan pada pucuk daun berwarna kemerah-merahan. Ada yang masih kecil dan ada yang sudah tua dan besar. Pohon Ulin hanya salah satunya. Lokasinya tersebar di Kab. Kutai, Bontang dan Kutai Timur. Musim kunjungan yang enak sekitar bulan April s/d Oktober setiap tahunnya alias pada musim hujan karena di musim kemarau hutan terasa panas. Bahkan kadang diselingi berita kebakaran.

Bila anda dari Balikpapan bisa melakukan perjalanan darat Balikpapan-Samarinda sekitar 2,5 jam kemudian dilanjutkan ke Bontang sekitar tiga jam. Ada pilihan, carter mobil or taksi sedan sekitar 450 ribu dari Balikpapan-Bontang. Lebih nyaman dengan Kijang Innova. Atau menggunakan bus dengan route Balikpapan-Samarinda (Terminal Sungai Kunjang) lalu dilanjut pakai mobil kijang bareng2 dengan tarif sekitar Rp25 ribu sudah sampai Bontang. Pakai bis ke Bontang juga bisa tetapi dari Terminal Lempake di pinggir Samarinda arah Bontang dengan tarif sekitar Rp14 ribuan. Kalau mau enak, naik pesawat Dash 7 Pelita Air Service, carteran Pupuk Kaltim atau LNG Badak yang terbang tiap hari dari Balikpapan –Bontang. Cari tiketnya di counter Pupuk Kaltim atau Badak di Terminal Kedatangan Airport Sepinggan belok kanan. Tetapi karena pesawat carteran yang dipentingkan adalah karyawan dan keluarga perusahaan tersebut. Untuk umum dengan status waiting list dengan tarif sekitar Rp350-an ribu. Artinya bila ada seat kosong baru boleh ikut. Bila pertama kali ke Kalimantan lebih dengan perjalanan darat.

Kalau sudah sampai Bontang tinggal kendaraan ke arah Sangatta baik dengan bus Damri atau mobil carteran, di sepanjang jalan Bontang-Sangatta itu TNK berada. Atau Bontang-Teluk Kaba dengan menggunakan speed boat sekitar 30 menit. Selain itu antara Bontang-Sanggata terdapat jalan raya membelah taman nasional. Taman nasional ini merupakan lokasi taman nasional ketiga sebagai pusat rehabilitasi orangutan yang berlokasi di Teluk Kaba.

Taman Nasional Kutai

Starting point saya dari Bontang karena itu rumah saya yang saya diami lebih dari 15 tahun. Hampir tiap hari saya melewati pinggir TNK karena memang kawasan TNK berbatasan dengan komplek Pupuk Kaltim dan bila ke kantor saya pasti melewati pingggirnya, meskipun kenyataannya hutan tersebut sudah didiami penduduk.

Taman Nasional Kutai seperti dikutip dalam websitenya memiliki berbagai tipe vegetasi utama yaitu vegetasi hutan pantai/mangrove, hutan rawa air tawar, hutan kerangas, hutan genangan dataran rendah, hutan ulin, hutan meranti, hutan pohon kapur dan hutan Dipterocarpaceae campuran. Taman nasional ini merupakan perwakilan hutan ulin yang paling luas di Indonesia. Menurut SK Menteri Pertanian, SK No. 736/Mentan/X/1982 luasnya 200.000 hektar. Menurut Menteri Kehutanan, SK No.325/Kpts-II/1995 luas 198.629 hektar. Temperatur udara 27° - 33° C. Curah hujan Rata-rata 1.500 mm/tahun. Ketinggian tempat 0 - 397 meter dari permukaan laut.

Beberapa tumbuhan yang ada di taman nasional seperti bakau (Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera sp.), cemara laut (Casuarina equisetifolia), simpur (Dillenia sp.), meranti (Shorea sp.), benuang (Octomeles sumatrana), kapur (Dryobalanops sp.), ulin (Eusideroxylon zwageri), 3 jenis raflesia dan berbagai jenis anggrek.

Disamping memiliki potensi keanekaragaman tumbuhan, TNK juga memiliki potensi keanekaragaman satwa, yaitu dari kelompok primata seperti orangutan (Pongo satyrus), owa Kalimantan (Hylobates muelleri), bekantan (Nasalis larvatus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis fascicularis), beruk (M. nemestrina nemestrina), dan kukang (Nyticebus coucang borneanus). Kelompok ini dapat dijumpai di Teluk Kaba, Prevab-Mentoko dan Sangkimah. Kelompok ungulata seperti banteng (Bos javanicus lowi), rusa sambar (Cervus unicolor brookei), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), dan kancil (Tragulus javanicus klossi). Kelompok ini dapat dijumpai di seluruh kawasan Taman Nasional Kutai. Kelompok carnivora seperti beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus) bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster), pergam raja/hijau (Ducula aenea), ayam hutan (Gallus sp.), beo/tiong emas (Gracula religiosa), dan pecuk ular asia (Anhinga melanogaster melanogaster).

Taman Nasional Kutai menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan seperti PT. Kaltim Prima Coal, PT. Pupuk Kaltim, PT. Badak LNG, dan Pertamina (Mitra Kutai). Mitra Kutai memberikan bantuan pendanaan dan pelaksanaan pelestarian taman nasional tersebut. Beberapa obyek yang menarik untuk dikunjungi antara lain Teluk Kaba dan Muara Sangkimah, tempat wisata bahari dan pengamatan satwa seperti orangutan, bekantan, rusa sambar, kancil, beruang madu dan burung. Teluk Lombok dan Muara Sungai Sangata, tempat wisata bahari dan pengamatan hutan bakau yang masih utuh.
Prevab Mentoko di Sangatta, tempat penelitian dan pengamatan satwa seperti beruang madu, orangutan, kancil, rusa sambar, dan babi hutan.

Sangkimah, Tempat Pohon Ulin Terbesar

Tempat paling asyik untuk melihat hutan adalah Sangkimah karena ada pohon ulin dengan diameter batang terbesar di Indonesia. Nama Sangkimah diambilkan dari nama sungai yang mengalir berkelok di dalam hutan. Seperti dimuat dalam publikasi KABARA edisi Januari 1997 tulisan Mick Jeffery dari Unesco, Sangkimah adalah satu-satunya sisa dari hutan basah. Di hutan basah ini didominasi oleh satu jenis pohon yang banyak digunakan oleh masyarakat Dayak karena kekuatan dan ketahanannya.

Letak hutan Sangkimah tidak jauh dari Bontang. Sekitar 33 km dari pertigaan Bontang-Samarinda-Sangatta ke arah Sangatta, tepatnya di kiri jalan ada kantor TNK lalu masuk ke dalam hutan lewat jalan kayu sekitar 1 km. Dengan kendaraan umum bisa dicapai dengan naik bis Damri Bontang-Sangatta atau naik mobil Kijang berombongan.

Pohon ulin terbesar yang terdapat di Sangkimah memiliki tinggi bebas cabang 45 m, diameter 225 cm atau keliling batang 706 cm dan volumenya diperkirakan 150 m3. Pohon ini tercatat sebagai pohon tertinggi dan terbesar di Indonesia. Mungkin perlu 6-7 orang dewasa untuk memeluknya. Pohon tersebut agak terpisah dari pepohonan lain dan dikelilingi jalur jalan melingkar dari kayu ulin. Di bagian bawah pohon ada bagian yang berlobang. Kalau tangan kita ditaruh di dekat lobang tersebut akan dingin karena ada hembusan udara. Masih menurut KABARA, diperkirakan pohon ulin tersebut usianya antara 500-1.000 tahun.

Dari pinggir hutan tersebut masuk ke hutan dengan jalan kaki menyusuri track dari kayu ulin. Menyusuri jalan kayu akan melewati beberapa jembatan sungai Sangkimah. Kita akan berjalan di antara sungai, lebatnya hutan dan nyamuk-nyamuk. Dianjurkan memakai baju lenga panjang karena nyamuknya banyak. Kalau badan ini diam sebentar sudah dikerubiuti nyamuk. Makanya tubuh harus bergerak terus.

Ada 2 jenis jalur dengan tingkat kesulitan dan keasyikan yang berbeda. Pada jalur pertama adalah jalur berjalan pada kayu ulin sepanjang sekitar 800 meter menuju pohon ulin raksasa dengan diameter 2.5 meter. Jalur ke-2 adalah lanjutan dari jalur pertama melingkar sejauh 4 km kembali ke tempat semula melewati berbagai rintangan alam dan buatan antara lain jembatan gantung, jembatan kereta api, jembatan goyang dan jembatan kawat. Tidak ada jalan lain selain harus melewatinya. Sangat menantang untuk lintasan pelatihan outbond. Jembatan kawat ini selalu bergoyang keras kalau kita pesimis dan sebaliknya akan terasa tenang jika mampu mengendalikan perasaan. Juga terdapat rumah pondok di ketinggian 25 meter di atas pohon. Di Sangkimah –kalau beruntung- bisa melihat orang utan, enggang (Buceros rhinoceros). Infonya tersedia penginapan di lokasi.

Sungai Sangkimah termasuk sungai yang agak besar. Di beberapa tempat airnya menggenang dalam tetapi di lain tempat hanya mengalir kecil. Ada jembatan dari kayu yang membelah sungai. Beberapa pohon bertumbangan baik di tempat tumbuhnya maupun di sungai. Suasana hutan sunyi tetapi sesekali burung-burung berkicau memperdengarkan suaranya. Masih menurut KABARA, banyak juga hewan, antara lain : gibbon, orang utan, macaque ekor babi, macaque ekor panjang. Selain itu ada juga burung-burung enggang, malkoha, pitta, kakatua, kingfisher dan drongo yang terbang di antara pepohonan hutan.

Menurut Husen (60 th), petugas lapangan TNK, pohon ulin tersebut untuk penelitian orang Jepang. Pohon-pohon sekitar juga digunakan sebagai bahan kajian penelitian. “Jalan kayu inipun yang membangun orang Jepang. Mungkin karena harus bolak-balik ke tempat penelitiannya maka untuk mempermudahkannya dibuat jalan kayu sepanjang sekitar 1 km ke tempat penelitiannya”, kata petugas TNK yang enerjik itu. Memang di kiri-kanan jalan kayu tersebut banyak pohon yang diberi tanda khusus. Selain ulin, ada juga beberapa raksasa penjaga hutan yang termasuk dalam spesies dipterocarpus seperti meranti, kapur dan keruing. Ada juga pohon fig penjerat, anggrek, palem rotan, buah-buahan hutan dan beberapa tanaman obat-obatan.

Tempat Konservasi Teluk Kaba

Teluk Kaba merupakan salah satu bagian dari Taman Nasional Kutai. Lokasinya sekitar 30 km dari Bontang ke arah utara (Sangatta) dan bisa dicapai dari laut maupun darat. Dari jalan utama km-27 belok ke kanan sekitar 3 km sudah sampai. Di sini dapat disaksikan keindahan alam berupa pohon-pohon bakau, hutan berpadang rumput, dan hutan hujan. Wisatawan yang mencintai keindahan alam dapat secara langsung menyaksikan kehidupan satwa seperti orangutan, rusa sambar dan kera. Di tempat ini juga bisa dengan mudah ditemukan tanaman "kantung semar", yakni tanaman khas Taman Nasional Kutai. Orang Utan (pongo pigmeus) dan bekantan (nasalis larvatus) masih terdapat disini, jika anda beruntung dapat menemuinya.

Teluk Kaba memang bukan daerah wisata umum dan tak banyak pengunjung datang sebagaimana daerah tujuan wisata. Pemandangan ke arah laut hanya laut dan beberapa pohon bakau. Disini terdapat board walk disela-sela hutan mangrove yang memudahkan kita untuk berekplorasi di alam bebas. Ada 2 bangunan kayu sederhana di tanah lapang untuk tempat petugas TNK dan beberapa informasi tentang satwa. Di situ merupakan tempat konservasi satwa langka. Ada orang hutan, rusa payau dan tengkorak kepala orang hutan.

Wisata Pantai Teluk Lombok

Sekitar 50 km ke arah utara ada suatu teluk di pinggir laut yang lumayan bagus pemandanganya dengan pasir putih luas memanjang sekitar lebih dari 1 km. Bila laut pasang padang pasir itu tak akan kelihatan, tetapi bila laut surut gugusan pasir itu membentuk lapangan yang sangat luas. Banyak pengunjung yang memanfaatkan untuk bermain. Baik bermain lari-lari, kejar-kejaran, bermain bola dll. Sebuah pemandangan yang indah. Laut di kejauhan membiru, ada satu dua perahu nelayan melintas dan anak-anak bermain air. Ombak kecil mengalir membawa butiran air. Tak seberapa besar. Angin bertiup kencang membawa angin pantai. Di pinggir jalannya sudah banyak sekali warung-warung berjualan makanan dan tempat berteduh pengunjung di sela pohon cemara dan bakau. Sebuah pemandangan langka untuk kawasan Kalimantan. Itulah tempat yang diberi nama Teluk Lombok. Tak ada hubungannya dengan Pulau Lombok, juga dengan tanaman lombok.

Bagaimana menuju ke Teluk Lombok? Jaraknya sekitar 50 km dari Bontang. Melewati jalan Bontang-Sangatta pada sekitar km. 35 dari Bontang setelah melewati Teluk Pandan, Teluk Kaba dan Sangkimah –tempat pohon ulin terbesar di dunia. Ada pemandangan yang menyedihkan sekitar kawasan hutan lindung di Sangkimah. Di kanan kiri jalan hutan pada ditebangi dan dibakar. Ada banyak tempat sudah menjadi hitam dengan sisa-sisa arang dan asap yang masih mengepul. Di tempat itu masih terlihat beberapa tenda biru –tempat para perambah beristirahat- dan mulai dibangun satu dua rumah kayu sederhana. Menyedihkan! Sayang mau tamasya tetapi melihat pemandangan yang menyedihkan, ribuan pohon di Taman Nasional Kutai ditebangi.

Dari jalan raya ini lalu berbelok ke kanan ke arah Komplek Pertamina Sangkimah. Jalannya masih jalan tanah berbatu sepanjang sekitar 12 km. Ada 3-4 km jalan beraspal di kawasan komplek Pertamina, diantara jalan tanah tersebut. Ada beberapa sumur minyak yang dieksplorasi dan terlihat pipa-pipa panjang mengalirkan minyak mentah. Ada beberapa bangunan fasilitas produksi dan kompleks perumahan.

Kalau wisata ke Teluk Lombok disarankan membawa air tawar karena prasarana umum untuk penyediaan air tawar sangat minim. Belum bagus sarana untuk ke toilet. Setelah bermain dengan air laut untuk membilas tubuh diperlukan air tawar dan itu sangat sulit diperoleh di situ. Kalau harus membeli terlalu mahal harganya. Masak satu ember kecil harganya Rp20.000.

Wisata Laut Aquatik di Sangatta

Wisata laut masih ada lagi di daerah Kutai Timur yaitu Aquatik. Kawasan ini awalnya dibangun oleh perusahaan tambang batu bara KPC (Kaltim Prima Coal) sebagai tempat rekreasi karyawannya. Tetapi belakangan ini dibuka menjadi tempat rekreasi umum. Laut biru dan di pinggirnya ditata dengan batu-batu dengan ruang parkir yang nyaman. Ada juga ruang dengan pasir putih dengan diselingi pohon bakau. Tempat ini sangat cocok untuk berjalan dan menikmati pasir dan air laut. Ombak sebagaimana di daerah laut Kalimantan tak seberapa besar.

Lokasinya sekitar 10 km dari pusat kota Sangatta ke arah Bukit Pelangi dan Batu Putih. Sudah ada jalan aspal dan jalan tanah berbatu sepanjang sekitar 2 km menjelang pantai. Di sini banyak monyet berkeliaran di pinggir jalan yang dipenuhi hutan bakau. Kami menempuhnya dengan naik mobil. Belum ada moda transportasi darat untuk umum.

Pada saat hari libur pengunjung sudah banyak. Ada beberapa kelompok dengan membentuk semacam home base dengan menggelar tikar di lantai. Anak-anak berlari menyusuri pinggir pantai sedang yang dewasa mempersiapkan makanan dengan alat bakarnya. Ya sebagaimana tempat wisata keluarga kalau tidak disiplin dalam hal kebersihan kesannya jadi kotor. Itu yang terjadi di sekitar areal parkir Aquatik. Tetapi bagaimanapun juga sekali waktu melepas pandangan ke laut lepas salah satunya ya di tempat ini diantara hutan Taman Nasional Kutai.

Air Terjun Tanah Merah Di Samarinda



Air Terjun Tanah Merah Tetap Diminati
Samarinda, Tribun - Meski sudah banyaknya tempat-tempat wisata dan rekreasi lainnya yang bermunculan di Samarinda serta menawarkan pesona keindahan bagi pengunjung yang datang saat momen Idul Fitri tahun ini, namun keberadaan Objek Wisata Air Terjun Tanah Merah di Samarinda Utara ini tetap memberikan nuansa tersendiri, sehingga tak heran jika masih banyak pengunjung yang berdatangan setiap harinya untuk melihat kondisi alam air terjun yang konon satu-satunya dan yang pertama kalinya ada di Samarinda."Yang jelas, Objek Wisata Air Terjun Tanah Merah ini memiliki ciri khas tersendiri bagi yang lainnya, sehingga jangan heran jika setiap harinya ada saja pengunjung yang datang, apalagi saat Idul Fitri ini," ujar Poni, salah satu pengelola Objek Wisata Air Terjun Tanah Merah, Kamis (26/10).Menurutnya, objek wisata yang memiliki luas area satu hektare ini akan tetap dijaga kelestariannya, meskipun kadang-kadang ada isu miring tentang keberadaan Objek Wisata Air Terjun ini bahwa hanya dijadikan tempat para kaula muda untuk berpacaran. "Kami tidak tahu persoalan itu. Selama menjadi pengunjung kami, mengapa tidak kami layani dengan hormat dan mempersilakan mereka untuk menikmati keindahan alam yang ada di Objek Wisata Air Terjun ini," jelasnya. Dikemukakan, objek wisata ini tetap mempertahankan ciri khasnya dengan air terjun alami yang tercurah dari air pegunungan, selain beberapa rencana akan dikembangkan dengan menambah beberapa peralatan rekreasi lainnya, misal mainan kuda-kudaan dan komedi putar yang dikhususkan bagi pengunjung anak-anak. "Apalagi menjelang lebaran, kebiasaan pengunjung yang datang dalam jumlah besar, karena mengikutsertakan keluarga mereka, dan kebanyakan yang anak-anak, jadi perlu fasilitas yang membuat mereka lebih betah," jelasnya. Sejauh ini, saat hari normal, pengunjung yang datang bisa berkisar sampai 10 hingga 15 orang perharinya, namun saat Idul Fitri dan hari besar lainnya pengunjung bisa mencapai 1.000 orang lebih. "Alhamdulillah, ternyata Objek Wisata Air Terjun Tanah Merah ini, saat Idul Fitri tiba dan hari besar lainnya, masih diminati oleh pengunjung yang datang dari berbagai daerah di Kaltim," jelas Poni yang mengaku biaya perawatan maupun pengelolaan mengandalkan swadaya masyarakat sekitar dan dana dari tiket masuk. Sementara itu, Taufik, salah satu pengunjung mengatakan bahwa Objek Wisata Air Terjun Tanah Merah ini lebih sejuk dan rindang dengan pepohonan, sehingga siapapun yang datang berkunjung seakan-akan dibawa hanyut kepada alam yang menyegarkan. "Berbeda aja dengan Objek Wisata lainnya, di sini lebih bisa menikmati keindahan alam dengan suara dan semburan air terjunnya yang khas," katanya. Begitupula dengan yang dirasakan Mamat, saat Idul Fitri tiba, dia lebih sering berkunjung ke Objek Wisata Air Terjun Tanah Merah dibandingkan dengan tempat wisata lainnya, karena ada air terjunnya. "Disinikan, ada air terjunnya, selain ada kekhasan tersendiri dibandingkan dengan tempat wisata lainnya, keluarga saya pun nampak senang dan mendukung, karena bisa lebih tenang dan dinikamit," katanya.Namun baik Taufik maupun Mamat berharap kepada pemerintah kota untuk memperhatikan, kemudian mengembangkan dan melestarikan Objek Wisata Air Terjun Tanah Merah. "Di sinikan termasuk Objek Wisata tertua dan perlu pembangunan dan pemeliharaan yang rutin oleh i instansi terkait," tambah Mamat. (m12) .







Jembatan Sungai Musi




Sungai Musi

Sungai Musi panjangnya ± 460 km membelah Provinsi Sumatera Selatan dari Timur ke Barat yang bercabang-cabang dengan delapan anak sungai besar yaitu : Sungai Komering, Ogan, Lematang, Kelingi, Lakitan, Semangus , Rawas dan Batanghari Leko. Karena itu di Sumatera Setatan dikenal dengan julukan Batanghari Sembilan.

Mengapa dinamai Sungai Musi dan kapan nama tersebut mulai dipakai, tidak ada yang tahu pasti. Nama Musi ini terdapat di India, terjadinyan hubungan Kerajaan Sriwijaya dengan kerajaan di India atau nama tersebut diambil dari salah satu bahasa daerah Kayuagung ‘ Musi berarti ikan “ Apakah Musi berarti aliran masih perlu penelitian lebihlanjut.

Pada saat menelurusi sungai Musi mi dapat dilihat pemukiman penduduk seperti Rumah Rakit, PT. Pusri, Pertamina, Daerah Bagus Kuning, Masjid Lawang Kidul, Masjid Ki Merogan, Benteng Kuto Besak dan Kegiatan masyarakat di sepanjang sungai tersebut.

Di perairan sungai Musi ini pada setiap hari jadi kota Palembang dan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI diadakanlah lomba Perahu Bidar dan Perahu Motor Hias. Masyarakat yang menyaksikan peristiwa ini tidak hanya masyarakat kota Palembang tetapi juga masyarakat luar kota Patembang bahkan wisatawan dan mancanegara. Untuk menikmati keindahan sungai Musi dapat menggunakan Ketek, Speed boat atau untuk rombongan dengan jumlah besar dapat menggunakan Kapal Wisata Si GentarAlam” dan “Putri Kembang Dadar







 

Makam Sultan Agung Di Palembang




Makam Sultan Agung

Lokasi : Kawasan 1 Ilir
Kompleks Makam Sultan Agung Komaruddin Sri Teruno (1718-1727 M) merupakan salah satu kekayaan arkeologi di Kota Palembang. Kompleks ini terdapat di kawasan Kelurahan 1 Ilir, Kecamatan Ilir Timur (IT) II, berbatasan dengan lingkungan PT Pusri (ada sebuah masjid, yaitu Masjid Sultan Agung yang menjadi jarak antara). Karena perkembangan kota, letak kompleks makam yang merupakan bagian dari Kota Plembang Lamo ini sekarang bersebelahan pula dengan Kantor Kelurahan 1 Ilir (sebelah selatan). Sebagaimana layaknya kompleks pemakaman kuno lain di Palembang, Kompleks Makam Sultan Agung berjarak sekitar 45 meter dari tepian sungai, yaitu Sungai Musi. Posisi tanahnya pun lebih tinggi dibandingkan dengan tanah di sekitarnya. Sultan ketiga di Kesultanan Palembang Darussalam ?berikut tokoh-tokoh lain yang dimakamkan di kompleks yang sama? ini wafat sebelum Kompleks Kawah Tekurep selesai dibangun. Dengan demikian, makamnya pun terpisah dari kompleks makam Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo itu. Di kompleks makam ini, terdapat dua deret makam, yaitu deretan di sebelah utara dan selatan yang masing-masing terdiri atas empat makam. Makam di deretan utara, satu makam ?utama? karena letak tanahnya lebih tinggi dibandingkan makam-makam lainnya ?saat ini dibangun pula semacam bangunan pelindung?adalah makam Sultan Agung. Makam ini diapit oleh dua makam yang nama di nisannya tidak terbaca. Ditambah pula dengan satu makam ?nisan dari unglen dan kini dalam kondisi genting?yang juga tidak diketahui namanya. Di kelompok makam kedua, terdapat satu makam yang dikenal, yaitu Raden Tubagus Karang. Tokoh ini adalah panglima perang dari Banten, kakak kandung Raden (Tu)Bagus Kuning yang makamnya berada di kawasan Patrajaya, bersebelahan dengan Kompleks Pertamina Baguskuning, Kelurahan Baguskuning, Kecamatan Plaju. Sultan Agung memerintah di Kesultanan Palembang Darussalam selama hampir sepuluh tahun sebelum Kekuasaan dikembalikan kepada Pangeran Jayo Wikramo atau Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo pada tahun 1727 M. Proses peralihan kekuasaan pada masa ini cukup menarik. Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago (1706-1718 M) merasa bahwa harus turun tahta, dia menyerahkan tahta di Kraton Beringin Janggut. Saat itu, putra-putranya masih sangat muda. Karena itu, tahta diserahkannya kepada adiknya, yang kemudian dikenal sebagai Sultan Agung Komaruddin Seri Teruno. Pangeran Jayo Wikramo akhirnya meninggalkan Palembang dan bertualang di wilayah Nusantara hingga mencapai Negeri Cina. Saat berada di Malaysia, pada tahun 1727, dia merasa sudah memiliki cukup kekuatan untuk ?mengambil kembali? haknya. Sejarah mencatat, penyerahan kembali tampuk kekuasaan dari Sultan Agung Komaruddin Seri Teruno kepada kemenakannya itu berlangsung damai.




 


Benteng Kuto Besak Di Palembang




Benteng Kuto Besak

Bangunan ini dibangun selama 17 tahun di mulai pada tahun 1780 dan diresmikan pemakaiannya pada hari senin tanggal 21 Februari 1797. Pemprakarsa pembangunan benteng ini adalah Sultan Mahmud Badaruddin I (1724 - 1758) dan pembangunannya dilaksanakan oleh Sultan Mahmud Badaruddin, sebagai pengawas pembangunan dipercayakan kepada orang-orang China.

Benteng Kuto Besak Palembang mempunyai ukuran panjang 188,75 meter, lebar 183,75 meter dan tinggi 9,99 meter (30 kaki) serta tebal 1,99 meter (6 kaki). Di setiap sudutnya terdapat bastion(baluarti) bastion yang terletak disudut barat laut bentuknya berbeda dengan tiga bastion lainnya. Tiga bastion yang sama tersebut merupakan ciri khas bastion Benteng Kuto Besak, di sisi timur , selatan dan barat terdapat pintu masuk lainnya disebut lawang buritan.

Suatu kebanggaan bagi wong Palembang bahwa Benteng Kuto Besak merupakan satu-satunya benteng yang berdinding batu dan memenuhi syarat perbentengan / pertahanan yang dibangun atas biaya sendiri untuk keperluan pertahanan dari serangan musuh bangsa Eropa dan tidak diberi nama pahlawan Eropa.

sumber >>> pariwisata.palembang.go.id